Isu Kudeta SBY dan Surplus Reaksi - Isu soal kudeta atas pemerintahan SBY tidak hanya sekali. Uniknya, publik jadi tahu soal isu kudeta justru dari pihak Istana. Termasuk rencana demonstrasi oleh Majelis Kedaulatan Rakyat Indonesia (MKRI). Sikap paranoid Istana?
Tokoh politik, purnawirawan tentara, tokoh agama serta tokoh masyarakat secara kompak memberi dukungan pada keberlangsungan masa pemerintahan Presiden SBY hingga Oktober 2014 mendatang. Mulai Prabowo Subianto, pensiunan jenderal, agamawan tak terkecuali keluarga mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid.
Semua dipicu dengan isu kudeta yang tiba-tiba populer. Bukan dari pihak-pihak yang berencana melakukan kudeta, namun justru dari kalangan Istana. Itu bermula dari respons para tetamu yang diundang Presiden baik di Istana Negara maupun di kediaman di Cikeas, Jawa Barat. Seperti dipandu, semuanya kompak, mendukung pemerintahan SBY hingga 2014 mendatang.
Dari situlah, nama MKRI mencuat. Lembaga yang dipimpin seniman Ratna Sarumpaet dan bekas Juru Bicara Presiden KH Abdurrahman Wahid, Adhie Massardi. Lembaga ini memang akan menggelar demontrasi pada 25 Maret 2013. MKRI bukan lembaga baru. Lembaga ini berkumpul banyak tokoh. Dari kalangan agamawan, akademisi dan para aktivis.
Sebagai komitmen atas dukungan terhadap pemerintahan SBY, Ketua Dewan Pembina Partai Geridnra Prabowo Subianto sampai membuat imbauan khusus kepada kader dan simpatisan Gerindra untuk tidak ikut bergabung dalam demo yang digagas MKRI.
"Diinstruksikan untuk tidak ikut serta dalam demonstrasi yg akan dilaksanakan besok, 25 Maret 2013. Kita akan tetap konsisten dengan jalur perjuangan konstitusional yang kita pilih dan selalu mengehendaki upaya-upaya damai dalam rangka menciptakan perubahan," kata Prabowo, Minggu (24/3/2013).
Jika mundur ke belakang, isu kudeta terhadap pemerintahan SBY juga pernah mengemuka. Persis dua tahun lalu, pada Maret 2011, seperti diungkapkan Ketua Umum Gerakan Islam Reformis (Garis) Chep Hermawan. Mulanya, isu ini muncul karena dilansir media internasional "Al-Jazeera" tentang rencana kudeta yang didukung para purnawirawan tentara.
Saat itu, Chep mengatakan ide penggulingan SBY hanyalah opsi terburuk jika presiden tidak membubarkan Jamaah Ahmadiyah Indonesia (JAI). "Poin kita hanya meminta Presiden SBY untuk membubarkan Ahmadiyah. Namun kita yakin SBY tidak akan membubarkan Ahmadiyah," katanya kepada INILAH.COM kala itu, Rabu (23/3/2011).
Terkait dukungan para jenderal dalam aksi ini, Chep menyebutkan dukungan jenderal berasal dari kalangan aktif dan purnawirawan. "Mereka mendukung sepenuhnya untuk mendesak SBY membubarkan Ahmadiyah," klaimnya.
Anggota Fraksi Partai Demokrat Ruhut Poltak Sitompul mengatakan tidak perlu memberi respon terhadap aksi MKRI. Menurut dia, tokoh-tokoh yang bergabung dalam gerakan itu hanyalah "tong kosong nyaring bunyinya," cetus Ruhut.
Jika, isu kudeta hanya nyaring bunyinya, kenapa pula Istana berlebih dan getol menghimpun dukungan seperti yang dilakukan Presiden Soeharto saat Orde Baru dulu?
