Wahai para suami, hati-hatilah dalam berkomunikasi terhadap wanita yang
telah mendampingimu selama ini. Mereka adalah bidadari berhati lembut.
Telinganya peka, hatinya mudah tersentuh. Sebuah kalimat yang bisa jadi
amat biasa bagimu, akan bermakna sangat besar bagi istrimu. Pun, jika
kalimat itu merupakan ungkapan kejujuran, jika disampaikan pada saat
yang tidak tepat, kalimat itu bisa langsung menghancurkan hatinya,
berkeping-keping.
Malam itu, sang istri mencoba berkomunikasi dengan suaminya. Dalam
kondisi terbaik, saat keduanya berada di kamar dan ranjang yang sama.
Tak ada yang lain, kecuali embusan nafas dua insan yang kala itu hanya
saling diam dan sesekali menatap. Di kamar itulah, keduanya biasa saling
bertukar pendapat dan berbagi aneka rupa soalan kehidupan sehari-hari
hingga bincang-bincang terkait masa depan.
Ketika kedua matanya bersitatap itulah, sang istri mencoba membuka
wacana, “Mas, aku ingin bicara.” Sang suami yang berbadan besar itu pun
memberi sinyal melalui matanya, “Silakan sampaikan.”
Kemudian, sang istri pun mengisahkan kegalauannya akhir-akhir ini.
Bermula dari perubahan sang suami yang mulai tak peduli, jarang bahkan
tak pernah membagi nafkah, hingga intensitas hubungan ‘ranjang’ yang
mulai berkurang. Bahkan, beberapa waktu terakhir, saat sang istri
‘memintanya’, sang suami yang biasanya bersemangat itu menolak, tanpa
keterangan.
Lalu, saat sang istri belum kelar menyampaikan keluhannya, sebuah
kalimat serasa menusuk ulu hatinya. Bahkan, meski kalimat itu jujur
adanya, ianya bagai sebuah benda keras yang menghancur leburkan hati
sang istri. “Aku,” jawab sang suami tanpa belaskasihan, “sudah bosan
berhubungan denganmu.”
Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
Sahabat, ini bukan fiksi. Nyata. Banyak di antara kita yang mengalami
hal ini. Entah bagaimana pun kadarnya. Sebab memang, bosan itu satu di
antara sekian banyaknya karakter manusia yang tak bisa dihindari.
Manusiawi.
Jika memang manusiawi, apa salahnya jika diungkapkan? Justru karena
diungkapkan itulah, sebuah kalimat kejujuran mampu menghancurkan hati
pasangan hidup yang sebelumnya kita puja setengah mati itu.
Bijaknya, bicarakan dengan baik dengan kalimat yang santun. Jika memang
tak kuasa, tiada salahnya berdiskusi dengan ahlinya. Jangan sampai,
makna bosan ini benar-benar dialami karena seorang suami tak lagi
berhajat dengan istrinya yang telah berubah; tak bertambah cantik, badan
semakin lebar dan bengkak, kuliat memudar cahayanya, rambut mulai
bertambah warna, dan sebagainya.
Jika niat baik menjalin komunikasi menjadi dasarnya, insya Allah ada
begitu banyak jalan yang bisa diupayakan. Namun, ketika kalimat tak
beradab itu yang Anda lontarkan, percayalah bahwa hati istri Anda itu
telah hancur berkeping-keping. Dan, amat susah untuk kembali pulih
seperti sedia kala.