Terhadap kisah-kisah alam ghaib, iman kita dipertaruhkan. Pasalnya,
percaya kepada yang ghaib menjadi salah satu penentu krusial atas benar
atau bathilnya iman seseorang. Apalagi jika terkait Allah Ta’ala, Hari
Kiamat, malaikat-malaikat, dan aspek pokok lainnya.
Akan tetapi, terhadap kisah-kisah alam ghaib terkait jin, setan, dan
bala tentaranya, kita harus selektif. Ketika sumbernya jelas, shahih
dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka percayai dan jadikan
riwayat itu sebagai panduan hidup. Misalnya riwayat dari Abu Hurairah
yang ditemui jin di malam hari dan mengajarkan Ayat Kursi.
Berikut ini kami sajikan riwayat lain yang dinukil dari buku Agar Tidak Diperdaya Setan tulisan Syeikh Ibnu Muflih al-Maqdisi. Beliau mengisahkan seorang wanita shalihah yang gagal diperkosa oleh jin.
“Saat aku berada di majlisku,” tutur ar-Rabi’ binti Muawwadz bin ‘Afra
Radhiyallahu ‘anha, “tiba-tiba atap yang menaungiku ambruk.” Bersamaan
dengan itu, “Jatuhlah sosok pria sebesar unta yang berwarna hitam.”
“Aku,” tutur ar-Rabi’ melanjutkan, “belum pernah melihatnya sebelum
itu.” Yang lebih menegangkan, sosok pria hitam sebesar unta itu
mendekat. “Dia mendekat untuk memperkosaku.”
Berselang detik kemudian, turunlah selembar surat. Di surat itu
tertulis, “Dari Penguasa jin untuk jin. Amma ba’du. Kamu tidak memiliki
hak untuk memperkosa wanita shalihah keturunan orang-orang shalih.”
Tak perlu waktu lama, sosok pria besar hitam itu pun segera pergi melalui tempat masuknya sembari membawa kertas surat tersebut.
Itulah di antara karamah-karamah keshalihan. Allah Ta’ala yang akan
langsung melindunginya dari kejahatan manusia dan jin. Allah Ta’ala
tidak akan pernah membiarkan hamba-hamba pilihan-Nya disentuh oleh
godaan makhluk terkutuk dan terlaknat.
Akan tetapi, bukan hal yang mudah untuk menggapai derajat itu. Ada
perjuangan panjang dan berat yang harus ditempuh. Ada banyak amalan yang
harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh secara istiqamah.
Mereka adalah orang-orang yang amat perhatian terhadap amalan yang wajib
dan tidak meninggalkan yang sunnah kecuali karena udzur yang dibolehkan
syariat. Mereka juga mewakafkan seluruh waktu yang dimiliki dalam
rangka ibadah kepada Allah Ta’ala. Itulah sebaik-baik amalan yang tiada
ujungnya kecuali kematian yang amat pasti.