Maka hal ini menunjukan bahwa mencium anak kecil, menggendongnya, ramah
kepadanya merupakan perkara yang mendatangkan rahmat Allah. Tidak engkau
perhatikan bagaimana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menggendong
(*cucu beliau) Umaamah putrinya Abul 'Aash (*suami Zainab putri Nabi) di
atas leher beliau tatkala beliau sedang sholat?, padahal sholat adalah
amalan yang paling mulia di sisi Allah dan Allah telah memerintahkan
kita untuk senantiasa khusyuk dan konsentrasi dalam sholat. Kondisi Nabi
yang menggendong Umaamah tidaklah bertentangan dengan kehusyu'an yang
diperintahkan dalam sholat. Nabi kawatir akan memberatkan Umaamah (*si
kecil cucu beliau) kalau beliau membiarkannya dan tidak digendong dalam
sholat.
Pada sikap Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ini merupakan teladan yang
paling besar bagi kita, maka hendaknya kita meneladani beliau dalam
menyayangi anak-anak baik masih kecil maupun yang besar, serta berlemah
lembut kepada mereka" (Syarh Shahih Al-Bukhari karya Ibnu Batthool,
9/211-212)
Syaikh Ibnu Al-'Utsaimin rahimahullah berkata, "Sabda Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam مَنْ لا يَرْحَمُ لا يُرْحَمُ (Barangsiapa yang tidak
merahamati maka tidak dirahmati), yaitu barangsiapa yang tidak merahmati
manusia maka ia tidak akan dirahmati oleh Allah Azza wa Jalla –kita
berlindung kepada Allah akan hal ini-, serta Allah tidak memberi taufiq
kepadanya untuk merahmati. Hadits ini menunjukan bahwa bolehnya mencium
anak-anak kecil karena rahmat dan sayang kepada mereka, apakah mereka
anak-anakmu ataukah cucu-cucumu dari putra dan putrimu atau anak-anak
orang lain. Karena hal ini akan mendatangakna rahmat Allah dan
menjadikan engkau memiliki hati yang menyayangi anak-anak. Semakin
seseorang rahmat/sayang kepada hamba-hamba Allah maka ia semakin dekat
dengan rahmat Allah. Bahkan Allah mengampuni seorang wanita pezina
tatkala wanita pezina tersebut merahmati seekor anjing yang
menjilat-jilat tanah karena kehausan…
Jika Allah menjadikan rasa rahmat/kasih sayang dalam hati seseorang maka
itu merupakan pertanda bahwa ia akan dirahmati oleh Allah…"
"Maka hendaknya seseorang menjadikan hatinya lembut, ramah, dan sayang
(kepada anak-anak), berbeda dengan kondisi sebagian orang bodoh. Bahkan
tatkala anaknya yang masih kecil menemuinya sementara ia sedang di
warung kopi maka iapun membentak dan mengusir anaknya. Ini merupakan
kesalahan. Lihatlah bagaimana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah
orang yang paling baik dan mulia akhlak dan adabnya. Suatu hari beliau
sedang sujud –tatkala beliau mengimami para sahabat- maka datanglah
Al-Hasan bin Ali bin Abi Thoolib, lalu –sebagaiman sikap anak-anak-,
Al-Hasanpun menaiki pundak Nabi yang dalam kondisi sujud. Nabipun
melamakan/memanjangkan sujudnya. Hal ini menjadikan para sahabat heran
(*mereka berkata :
هَذِهِ سَجْدَةٌ قَدْ أَطَلْتَهَا، فَظَنَنَّا أَنَّهُ قَدْ حَدَثَ أَمْرٌ، أَوْ أَنَّهُ يُوحَى إِلَيْكَ
"Wahai Rasulullah, engkau telah memperpanjang sujudmu, kami mengira
telah terjadi sesuatu atau telah diturunkan wahyu kepadamu"-pen),
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada mereka,
ذَلِكَ لَمْ يَكُنْ، وَلَكِنَّ ابْنِي ارْتَحَلَنِي، فَكَرِهْتُ أَنْ أُعَجِّلَهُ حَتَّى يَقْضِيَ حَاجَتَهُ
"Bukan…, akan tetapi cucuku ini menjadikan aku seperti tunggangannya,
maka aku tidak suka menyegerakan dia hingga ia menunaikan kemauannya"
(*HR Ahmad no 16033 dengan sanad yang shahih-pen dan An-Nasaai no 1141
dan dishahihkan oleh Al-Albani)
Yaitu aku tidak ingin segera bangkit dari sujudku hingga ia menyelesaikan keinginannya. Ini buah dari rasa kasih sayang.
Pada suatu hari yang lain Umamah binti Zainab putri Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam yang masih kecil dibawa oleh Nabi ke masjid. Lalu Nabi
sholat mengimami para sahabat dalam kondisi menggendong putri mungil
ini. Jika beliau sujud maka beliau meletakkannya di atas tanah, jika
beliau berdiri maka beliau menggendongnya. Semua ini beliau lakukan
karena sayang kepada sang cucu mungil. Padahal bisa saja Nabi
memerintahkan Aisyah atau istri-istrinya yang lain untuk memegang cucu
mungil ini, akan tetapi karena rasa kasih sayang beliau. Bisa jadi sang
cucu hatinya terikat senang dengan kakeknya shallallahu 'alaihi wa
sallam, maka Nabi ingin menenangkan hati sang cucu mungil.
Pada suatu hari Nabi sedang berkhutbah, lalu Al-Hasan dan Al-Husain
(*yang masih kecil) datang memakai dua baju –mungkin baju baru-. Baju
keduanya tersebut kepanjangan, sehingga keduanya tersandung-sandung
jatuh bangun tatkala berjalan. Maka Nabipun turun dari mimbar lalu
menggendong keduanya dihadapan beliau (*di atas mimbar) lalu beliau
berkata:
صَدَقَ اللهُ إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ نَظَرْتُ
إِلَى هَذَيْنِ الصَّبِيَّيْنِ يَمْشِيَانِ وَيْعْثُرَانِ فَلَمْ أَصْبِرْ
حَتَّى قَطَعْتُ حَدِيْثِي وَرَفَعْتُهُمَا
"Maha benar Allah…"Hanyalah harta kalian dan anak-anak kalian adalah
fitnah", aku melihat kedua anak kecil ini berjalan dan terjatuh, maka
aku tidak sabar hingga akupun memutuskan khutbahku dan aku menggendong
keduanya" (HR At-Thirmidzi no 2969 dan dishahihkan oleh Al-Albani)
Kemudian beliau melanjutkan khutbah beliau (*lihat HR Abu Dawud no 1016 dan dishahihkan oleh Al-Albani)
Yang penting hendaknya kita membiasakan diri kita untuk menyayangi
anak-anak, demikian juga menyayangi semua orang yang butuh kasih sayang,
seperti anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang lemah (tidak
mampu) dan selain mereka. Dan hendaknya kita menjadikan dalam hati kita
rasa rahmat (kasih sayang) agar hal itu menjadi sebab datangnya rahmat
Allah bagi kita, karena kita juga butuh kepada rahmat" (dari Syarah
Riyaad As-Shoolihiin, dengan sedikit perubahan)
Sungguh mulia akhlak Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada
anak-anak…beliau menggendong anak-anak…bahkan dalam sholat beliau,
karena kasih sayang kepada anak-anak …mencium anak-anak adalah
ibadah…mendatangkan rahmat Allah. Bahkan beliau pernah berjalan cukup
jauh hanya untuk mencium putra beliau Ibrahim.
Anas Bin Malik –semoga Allah meridhoinya- berkata :
«مَا رَأَيْتُ أَحَدًا كَانَ أَرْحَمَ بِالْعِيَالِ مِنْ رَسُولِ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ»، قَالَ: «كَانَ إِبْرَاهِيمُ
مُسْتَرْضِعًا لَهُ فِي عَوَالِي الْمَدِينَةِ، فَكَانَ يَنْطَلِقُ
وَنَحْنُ مَعَهُ فَيَدْخُلُ الْبَيْتَ وَإِنَّهُ لَيُدَّخَنُ، وَكَانَ
ظِئْرُهُ قَيْنًا، فَيَأْخُذُهُ فَيُقَبِّلُهُ، ثُمَّ يَرْجِعُ»
"Aku tidak pernah melihat seorangpun yang lebih sayang kepada anak-anak
dari pada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Putra Nabi (yang
bernama) Ibrahim memiliki ibu susuan di daerah Awaali di kota Madinah.
Maka Nabipun berangkat (*ke rumah ibu susuan tersebut) dan kami bersama
beliau. lalu beliau masuk ke dalam rumah yang ternyata dalam keadaan
penuh asap. Suami Ibu susuan Ibrahim adalah seorang pandai besi. Nabipun
mengambil Ibrahim lalu menciumnya, lalu beliau kembali" (HR Muslim no
2316)
Sumber : firanda.com