|
menteri keuangan bambang brodjonegoro |
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro
menambahkan, penguatan nilai tukar rupiah yang terjadi dalam pekan ini,
disebabkan sentimen global yang mulai mereda.
Pelaku pasar meyakini, The Feds tidak akan menaikkan suku bunganya tahun
ini. Keyakinan pasar tersebut membuat hampir semua mata uang di Asia
menguat, termasuk rupiah.
"Kepastian Amerika Serikat (AS) untuk menaikkan tingkat bunga makin
kecil, bahkan lebih besar kemungkinannya (kenaikan Fed Funds Rate) di
tahun 2016. Itu yang membuat semua mata uang menguat. Rupiah yang memang
undervalue juga menguat, demikian juga bursa saham kita," papar Bambang
di gedung DPR, kemarin (6/10).
Pelemahan USD secara global dipicu oleh rilis data Departemen Tenaga
Kerja AS yang menyebut penyerapan tenaga kerja pada September lalu hanya
mencapai 142.000 orang, jauh di bawah proyeksi 201.000 orang. Hal itu
mengindikasikan recovery ekonomi di Negeri Paman Sam itu masih belum
sebaik yang diperkirakan. Sehingga, peluang Bank Sentral AS atau The Fed
untuk mengerek suku bunga pun kian menipis.
Karena itu, meski Gubernur The Fed Janet Yellen pada September lalu
sempat menyatakan bakal menaikkan suku bunga pada akhir tahun ini, para
pelaku pasar punya keyakinan yang berbeda.
Apalagi, berdasar laporan Citibank dan Goldman Sachs yang baru saja
dirilis, mayoritas ekonom memproyeksi bahwa kenaikan suku bunga The Fed
baru akan dilakukan pada 2016 mendatang atau bahkan 2017. Akibatnya,
dana-dana yang selama ini sudah ditarik ke AS, kemungkinan akan kembali
bergerak menuju emerging markets yang memiliki potensi ekonomi lebih
bagus dari AS.
Selain faktor global, lanjut Bambang, faktor lain yang berperan dalam
penguatan rupiah adalah permintaan USD yang luar biasa dari dalam
negeri, kini mulai turun karena periode tingginya kebutuhan USD untuk
pembayaran utang luar negeri maupun pembayaran dividen sudah berlalu.
Dia pun memprediksi tren penguatan rupiah ini akan berlanjut hingga
tahun depan, saat isu kenaikan suku bunga The Fed kembali muncul. "(tren
penguatan rupiah) Ini sampai isu kenaikan The Fed muncul lagi. Kalau
sekarang isunya hilang dulu. Ya mungkin tahun ini tidak terlalu
(ketidakpastian global), tahun depan mungkin isunya," ujarnya. [
sm]