"Pernikahan adalah tentang kompromi, yaitu melakukan sesuatu untuk orang
lain, bahkan ketika kita tidak ingin melakukannya." Kurang lebih
seperti itulah pandangan Nicholas Sparks tentang sebuah pernikahan.
Berbicara tentang yang satu ini, "Pernikahan", tentu setiap pasangan
menginginkan pernikahan yang langgeng, dalam arti hanya dilakukan sekali
seumur hidup. Jika demikian, menikah tidak bisa dilakukan dengan
terburu-buru, butuh persiapan matang dari segi mental juga finansial.
Ketika seseorang telah memasuki usia pernikahan, baik itu laki-laki
maupun perempuan, pasti muncul pertanyaan. Apakah "saya" sudah
benar-benar siap untuk menikah? Yang bisa menjawab adalah diri kita
sendiri, karena siap tidaknya hanya kita yang tahu, dan yang lebih sulit
menurut saya adalah kita tidak benar-benar bisa menyadarinya. Maksudnya
begini, kita tidak sadar apakah kita siap atau tidak untuk menuju
jenjang pernikahan. Ketika kita bilang "Siap" justru pada kenyataannya
"Tidak", atau sebaliknya. Dan celakanya kita tidak bisa menyadari akan
hal itu.
Lalu apa sih ciri-ciri orang yang belum siap nikah?
Kalau menurut saya semua kembali ke niat. Lho kok... Sekarang gini,
misal seseorang menikah karena ingin balas dendam, atau karena karena
ingin pamer, atau sekedar mengiming-iming orang lain, maka jangan dulu
deh.. benahi dulu hati dan perasaan kita. Berdamailah dulu dengan diri
kita sendiri. Susah rasanya untuk bisa mendapatkan kebahagiaan sejati
dalam pernikahan kalau masih ada dendam yang terpendam dalam hati.
Disini kedewasaan dan kematangan sangat diperlukan untuk membuktikan
kesiapan untuk kita menikah.
Ada lagi nih, kalau pikiran kita masih dipenuhi oleh banyak hal yang
masih belum pasti alias meragukan ini-itu, atau dengan kata lain belum
mendapatkan kemantapan hati... maka bisa dibilang orang tersebut belum
siap nikah. Lalu kenapa kok bisa muncul keraguan itu? Keraguan itu
muncul biasanya sih karena ada sesuatu yang butuh untuk dibenahi. Ada
hal yang mungkin belum sempat kita urus. Ada sesuatu yang belum kita
selesaikan sampai akhir, alhasil hati pun jadi tidak tenang. Terus
gimana dong... Sebelum menikah, pastikan dulu kita bisa merasa tenang
dan benar-benar yakin dengan keputusan yang akan kita ambil. Ini jadi
bekal untuk bisa mendapatkan pernikahan bahagia yang di impikan. Ingat,
pernikahan itu sesuatu yang sakral dan kalau bisa sekali seumur hidup...
Setuju?
Berikutnya kalau masih belum bisa sepenuhnya dengan pasangan kita, dalam
arti masih merasa ada yang salah dengan pilihan kita bahkan masih
menaruh banyak curiga padanya, ini perlu dibenahi. Karena bagaimana pun,
saat sudah menikah, kita akan menghabiskan sisa hidup bersama pasangan
kita. Kalau belum bisa mempercayainya atau memberinya kepercayaan, akan
sulit untuk bisa berbagi tanggung jawab bersama ketika sudah sah menikah
karena salah satu kunci pernikahan yang bahagia dan langgeng adalah
adanya rasa percaya satu sama lain.
Dan, terakhir yang menurut saya tidak kalah penting adalah bahwa menikah
itu soal "sah" bukan "wah". Seperti saya bilang di awal, pernikahan
bahagia baiknya dilandasi dengan niat yang baik. Kalau niat kita menikah
karena ingin membuat orang lain cemburu atau merasa tertekan dengan
teman-teman yang sudah menikah, bisa-bisa kita menderita sendiri.
Siapkan mental, landasi niat dengan tulus, dengan begitu barulah kita
akan benar-benar siap untuk menikah. Ingat!! Niatmu akan menuntun
langkahmu. Kalau dari awal niatnys aja sudah buruk, kedepannya bisa-bisa
pernikahan kita akan dipenuhi banyak hambatan dan masalah.
Gimana soal rezeki... Ahhh... semua sudah diatur, tinggal gimana usaha
kita... Ada yang bilang kalau nikah itu maka rezekinya 2 orang jadi 1...
Intinya percaya aja sama yang diatas... Tapi itu sih pandangan saya...
pembaca pasti memiliki pandangan yang berbeda... Intinya "Niat yang baik
untuk pernikahan yang penuh berkah, setuju?"